KENDARI – Masyarakat yang berada di sekitar area tambang, yang terdiri dari Desa Torobulu, Desa Wonua Kongga, Desa Labokeo, Desa Puulo di Kecamatan Laeya, serta Desa Parasi, Desa Mondoe, dan Desa Wawo Wonua di Kecamatan Palangga Selatan, menyatakan dukungan terhadap aktivitas tambang PT Wijaya Inti Nusantara (WIN).
Ratusan warga dari desa-desa tersebut menggelar aksi unjuk rasa pada Rabu, 27 Agustus 2025, untuk menyampaikan dukungan mereka terhadap kegiatan tambang yang dilakukan oleh PT WIN.
Koordinator Lapangan Aksi, Agus, menegaskan bahwa sebagian besar penolakan terhadap aktivitas tambang berasal dari pihak luar, bukan dari masyarakat yang tinggal di sekitar area tambang.
“Penolakan yang ada selama ini kebanyakan datang dari luar, yang tidak mewakili suara masyarakat di sini. Yang kontra hanya satu atau dua orang, itupun karena kekecewaan terhadap perusahaan, atau karena sebelumnya pernah bekerja di sini dan diberhentikan karena tidak mematuhi standar operasional perusahaan (SOP),” ujar Agus.
Agus juga menyampaikan bahwa PT WIN telah memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat, baik dari segi ekonomi maupun sosial.
“PT WIN telah banyak membantu masyarakat, kami diberi kesempatan bekerja, dilatih, dan keterampilan kami ditingkatkan. Selain itu, perusahaan juga selalu memberikan bantuan sosial, program pemberdayaan masyarakat (PPM), serta CSR yang bermanfaat bagi warga,” ungkapnya.
Sukirman (60), warga Desa Torobulu, juga menanggapi isu penolakan terhadap aktivitas tambang. Menurutnya, pihak yang menentang tidak memiliki hak atas lahan tersebut.
“Masyarakat yang menolak berasal dari luar. Kami yang memiliki lahan di sini ingin agar lahan kami tertata dengan baik. Ada tebing yang perlu ditata, bukan ditambang seperti yang digembar-gemborkan oleh pihak luar,” jelas Sukirman.
Manajer Proyek PT WIN, Muhammad Nuriman Djalani, yang menemui warga di depan kantor perusahaan, menyampaikan bahwa perusahaan berkomitmen untuk terus memberikan yang terbaik bagi masyarakat sekitar.
“Yang dipermasalahkan oleh salah satu oknum adalah tebing, yang mana warga selaku pemilik lahan meminta agar tebing tersebut diratakan. Kami siap membantu, namun proses ini terhenti karena ada penolakan yang tidak jelas asal-usulnya,” jelas Muhammad.
Muhammad menambahkan, sebanyak 90 persen karyawan PT WIN berasal dari masyarakat sekitar area tambang.
“Kami mempekerjakan warga sekitar dan memberikan pelatihan. Bahkan, sudah ada beberapa di antara mereka yang kini menjabat sebagai kepala divisi,” pungkasnya.