KendariMerdeka – Politisi Flamboyan, demikian media memberi sebutan kepada lelaki kelahiran Muna Barat 39 tahun silam ini. Gelar tersebut diberikan ketika dirinya masih menakhodai Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Sulawesi Tenggara 2013-2017.
Empat tahun memegang tampuk kuasa pada partai berlambang kabah itu, La Ode Songko Panatagama (LSP) akhirnya mengundurkan diri pasca terjadinya dualisme kepemimpinan PPP kala itu. LSP yang dikenal piawai membangun jaringan dan lobby, akhirnya memilih jalan sunyi, menjauhi hingar bingar panggung politik. “Saya ingin menjadi manusia merdeka”, demikian pria berzodiak Taurus ini mengungkapkan alasannya.
Dahris Al Djuddawie, Sekretaris DPW PPP Sultra era LSP menyebutkan jika mantan Bossnya itu prototype politisi teduh. “Dia mengayomi, punya penghargaan yang baik kepada orang lain”, kata Dahris. Senada dengan Dahris, Guru Besar Ilmu Politik UHO, Prof Eka Suaib punya penilaian yang mirip terhadap karibnya itu.
“Saya pikir LSP banyak terpengaruh tradisi dan budaya Jogja yang santun dan adimanusiawi. Selama bergaul dengannya Saya menilai dia adalah orang yang memegang teguh ucapannya. Integritas dan komitmennya sama baiknya dengan komunikasi dan jaringan pertemanannya”, demikian Prof Eka menilai LSP.
Jika Dahris dan Prof Eka memberikan banyak pujian kepada LSP, tidak demikian dengan Kombes Pol La Ode Aries El-Fataar, S.IK. menurut perwira dengan tiga melati dipundak itu, LSP punya satu kelemahan yang bisa saja menghambat masa depannya yakni belum menikah. Menurut mantan Kapolres Kolaka Utara ini, LSP sebaiknya segera menikah untuk bisa berpikir tentang fokus masa depan.
“LSP itu sahabat baik Saya, dia loyal. Saya tahu jaringan pertemanannya luas, mulai dari lingkaran keluarga kraton Jogja hingga petinggi negeri dia berkawan karib. Tapi itu tadi, kalau dia belum menikah, Saya masih menganggapnya belum matang. Saran Saya menikahlah dulu untuk menata masa depan yang lebih baik”, demikian saran Direktur Reskrim Polda Sultra itu.
Koresponden Kendari Merdeka, Natali Christie dan Alif Bintarto berkesempatan mewawancarai LSP dikediaman orang tuanya, dikawasan Langku-Langku, Muna Barat. Ditemani panganan ringan tempe mendoan, tahu isi dan teh tubruk, LSP menjawab setiap pertanyaan Kendari Merdeka dengan lugas. Berikut petikannya
Kendari Merdeka (KM): Anda memiliki kehidupan yang unik. Pernah menikmati kehidupan Metropolitan yang mewah di Jogja, kini banyak menghabiskan waktu dikampung halaman.
La Ode Songko Panatagama (LSP): Yah dulu Saya betah berlama-lama di Jogja ataubdi Kendari sebab orang tua Saya masih lengkap. Sekarang, surga Saya tersisa satu orang, Mama Saya. Maka Saya harus selalu menemaninya.
KM: Kabarnya ketika almarhum Bapak anda berpulang, anda terpukul. Apa yang anda rasakan?
LSP: Itu adalah episode terberat dalam hidup Saya. You tahu, yang paling berat dalam kehidupan ini adalah perpisahan. Yang paling menyakitkan adalah berpisah sebab kematian, karena sebesar apapun kerinduan yang hadir kita takkan pernah lagi bisa bertemu dengannya.
KM: Lalu apa yang anda lakukan untuk bangkit kembali setelah kehilangan orang tua tercinta ?
LSP: Saya tidak bangkit. Sampai hari ini Saya masih merasa sedih sebab kehilangan almarhum Bapak Saya. Namun demikian Saya harus menerima kenyataan bahwa inilah realita kehidupan. Kita semua akan mengalaminya.
KM: Kelihatannya almarhum Bapak anda sangat mempengaruhi cara berpikir anda.
LSP: (Berkaca-kaca) Almarhum Bapak Saya itu laki-laki hebat, pejuang kehidupan dan seorang figur yang menjadi Bapak bagi banyak orang. You bayangkan, hanya mengandalkan gaji seorang guru yang kala itu masih kecil, mampu menyekolahkan anak-anaknya hingga selesai jenjang sarjana. Saya dan dua orang adik Saya menyelesaikan studi di Jogjakarta, tiga orang adik Saya lainnya menyelesaikan studi di Unhas Makassar. Artinya Bapak Saya harus berkebun sebagai tambahan penghasilan untuk mencukupi kebutuhan kami. (LSP anak pertama dari enam bersaudara, putra pasangan Almarhum La Ode Daoho dan Wade Alusia L. Ondo. Ayahnya, pensiun sebagai guru Tahun 2006-RED)
Coba anda perhatikan orang-orang dikampung Saya, mereka menyebut Bapak dan Mama Saya itu yah Bapak dan Mama, bukan Bapaknya Ongko atau Mamanya Ongko sebagaimana lazimnya. Saya tidak bisa melukiskan dengan kata-kata bagaimana beratnya kehilangan Bapak Saya. Yang Saya lakukan hari ini misalnya mendirikan club sepakbola dan memberi nama almarhum Bapak Saya sebagai nama club itu, La Ode Daoho Metropolitan disingkat LDM adalah cara Saya agar nama Bapak Saya tidak terlupakan. Setiap orang menyebut LDM, artinya nama Bapak Saya teringat kembali. (Ketika wawancara berlangsung, ibunda LSP sedang bersantai diserambi musholah yang terletak disisi timur rumah induk, beberapa orang yang datang silih berganti menyapanya dengan panggilan Mama)
KM: Baiklah, kami bersimpati pada anda. Kemudian, anda pernah menjadi ketua partai politik besar didaerah ini, yaitu DPW PPP Sultra. Apakah ada rencana untuk come back ?
LSP: Saya terbiasa merencanakan sesuatu dengan detail. Tapi menjadi ketua partai politik saat itu mungkin termasuk jalan takdir. Kebetulan ada tiga cita-cita masa kecil Saya, alhamdulillah dua hal Saya sudah melakukannya. Dua cita-cita itu adalah ingin jadi Ketua parpol PPP dan cita-cita ingin punya club sepakbola. Yang satu lagi rahasia, nanti Saya sampaikan pada saat yang tepat.
KM: Bicara bola, kelihatannya anda menikmati benar aktivitas saat ini yaitu membangun club sepakbola. Mengapa anda begitu interest dengan dunia sepakbola.
LSP: Saya menyukai sepakbola sejak masa kanak-kanak, Saya menyukai tontonannya dan kebetulan Tahun 2006-2007 lalu Saya sempat menjadi pengurus di PSS Sleman. Jadi sedikit banyak tentang sepakbola Saya punya pengetahuan. Harapan Saya, di Muna Barat ini suatu hari nanti memiliki tim sepakbola yang berlaga dipentas liga. Doakan Saya sehat dan murah rejeki agar club Saya, Dua Laode FC dan LDM FC berkembang dan bisa berlaga dipentas liga tertinggi tanah air.
KM: Selain LDM FC, anda juga punya club Dua Laode FC yang sekarang sedang viral karena dihuni oleh pemain-pemain terbaik Sultra. Anda membangun club Dua Laode FC dengan Pak La Ode Aries (Kombes Pol La Ode Aries El-Fataar, S.IK, Direktur Reskrim Polda Sultra-RED). Boleh tahu nama Dua Laode FC itu merujuk nama anda berdua yang kebetulan menggunakan nama La Ode atau bagaimana ?
LSP: Jadi Saya dan Bang Aries itu sahabat yang memang punya chemistry dalam banyak hal. Awalnya kami membentuk tim balap motor namanya Dua Laode Racing Team, nama itu ujuk-ujuk saja muncul. Singkat cerita, club motor kami itu menguasai podium juara hampir semua kejuaraan balap motor di Sultra kurun waktu 2009 sampai 2011, kami pikir koq nggak ada saingan ini. Hanya dua tahun kami langsung bubar karena tidak kompetitif persaingannya. Barulah tahun 2020 ini kami membentuk club sepakbola, biar nggak susah cari nama club ya sudah pakai saja lagi nama Dua Laode.
KM: Kalau disepakbola bagaimana persaingannya ?
LSP: Kalau disepakbola kelihatannya lebih kompetitif, apalagi sepakbola kan olahraga rakyat yang dimainkan oleh banyak orang disemua tempat.
KM: Dua Laode FC sendiri punya target seperti apa, pendanaan club anda peroleh dari mana sebab mengelola sepakbola butuh biaya besar.
LSP: Kami membangun tim ini dengan serius dan sudah menyiapkan semua piranti yang dibutuhkan. Mulai administrasi sampai fasilitas club sudah kami siapkan. Insya Allah dalam tempo 5 tahun, Dua Laode FC kami targetkan bisa bermain di Liga 2 kompetisi PSSI. Soal biaya sementara ini kami masih patungan, bisalah dicukup-cukupkan. Kemudian dalam beberapa hal seperti pemain juga dibantu oleh senior Saya alumni Jogja, Prof. Zamrun (Prof. Dr. Muh Zamrun F, M.Si, M.Sc, Rektor UHO-RED) dengan diberikan pemain-pemain terbaik UHO untuk bermain di Dua Laode FC. Yang jelas Saya dan Bang Laode Aries sudah komitmen, club ini dibangun dengan dana pribadi, kedepan jika sudah berlaga dikompetisi profesional sudah siap beberapa perusahaan milik kawan dan kolega di Jakarta dan Jogjakarta untuk menjadi sponsor. Jadi kami tidak akan berharap bantuan dari Pemda agar kita tidak tersandera dengan kepentingan lain.
KM: Kalau LDM Seperti apa targetnya?
LSP: LDM FC juga dibangun dengan target yang sama, Saya sudah mendaftarkan LDM untuk bermain di liga 3 dan pemain-pemainnya semua berasal dari Muna Barat. Selain itu, LDM lebih sebagai akademi sepakbola, menemukan pemain-pemain muda untuk dibina dan dilatih, saatnya ketika dianggap sudah matang akan bermain di tim Dua Laode FC. Hari ini misalnya, dari 22 orang pemain Dua Laode FC, 5 orang pemain berasal dari LDM FC.
Kedepannya Saya punya keinginan untuk membuat semacam liga sepakbola Muna Barat, mungkin akan ada 6 atau 8 tim yang akan berkompetisi penuh, Saya sedang mencari orang-orang yang tepat untuk mengelola 6 atau 8 tim tersebut. Dengan adanya kompetisi liga Saya pikir akan menjadi tempat berkreasi dan menunjukkan kemampuan bagi talenta sepakbola Muna Barat. Sekarang lagi digodok aturannya, karena Saya ingin dalam satu club itu ada pemain yang berusia 15 tahun, 17 tahun, 19 tahun dan 23 tahun. Tentu memberikan juga jatah kepada pemain senior tanpa batasan usia sebanyak dua atau tiga orang. Insya Allah Tahun 2021 liga sepakbola Muna Barat sudah bisa bergulir.
KM: Siapa nanti yang mendanai kegiatan liga sepakbola Muna Barat tersebut, karena pasti butuh biaya besar mulai dari perlengkapan pemain, honor perangkat pertandingan, hadiah kompetisi dan kebutuhan-kebutuhan lain?
LSP: Saya dan beberapa orang sahabat Saya juga sudah siap membantu.
KM: Diluar sepakbola, tampaknya anda masih betah menyendiri. Ada target menikah kapan ?
LSP: (tertawa), Itu urusan privat, kita cerita saja soal yang publik.
KM: Cerita soal gadis Kalimantan yang bernama Datin Suri tampaknya tidak privat. Banyak orang yang tahu nama itu, beberapa orang yang pernah kuliah di Jogja misalnya setiap bercerita tentang anda setiap itu pula menyebutkan nama Datin Suri. Tanggapan anda ?
LSP: Hari ini dia sahabat baik Saya, tinggal di Pontianak. (LSP bercerita beberapa hal, tapi dirinya meminta untuk off the record-RED)
KM: Memangnya type wanita ideal menurut anda seperti apa ?
LSP: Ohhh sederhana saja. Saya akan memilih perempuan benar yang berlaku adil dan cukup muda untuk melahirkan seorang anak. Selain itu Saya punya satu syarat, rasa cinta untuk mama Saya, harus lebih besar dari rasa cinta untuk diri Saya. Sebab mama Saya adalah surga Saya.
KM: Luar biasa pandangan anda tentang kehidupan. Kedepan 2022 Pilbup Muna Barat akan digelar. Menurut anda siapa yang layak memimpin Muna Barat kedepan ?
LSP: Saya pikir belum ada kepastian soal Pilbup apakah 2022 atau 2024. Tapi soal ini ada banyak figur yang layak menjadi pemimpin untuk Muna Barat kedepan. Misalnya Pak Onggi, Ibu Munarti, Pak Ari Azis, Power (Al Munardin-Red), Agung Darma, Ali Akbar, Taufan Alam, La Ode Koso, Pak Nasir Kola, Pak Made Wastawa, La Ode Aca, Pak Uking, Al Rahman, La ode Sariba dan masih ada beberapa nama lainnya. Saya kenal mereka semua sebagai orang baik yang layak memimpin Muna Barat. Yah kita doakan saja semoga kelak Tuhan memberikan pilihan terbaik yang mampu membawa daerah ini lebih maju dan berkembang.
KM: Anda sendiri banyak disebut-sebut sebagai salah seorang kandidat yang pantas maju dalam kontestasi Pilkada Mubar kedepan. Tanggapan anda?
LSP: Masih jauh Belanda, saat ini Saya sedang fokus membesarkan club Dua Laode FC dan LDM FC. Saya sedang enjoy menyaksikan anak buah bertanding tiap akhir pekan. Nanti besok Minggu ada pertandingan bagus, LDM Senior akan bertanding lawan LDM Junior, kalian berdua datang nontonlah. Seru pertandingannya karena ini pertandingan yang direquest oleh banyak orang.
KM: Mungkin ini pertanyaan terakhir kami, akhir-akhir ini anda sering mengadakan kuis di grup FB dan grup WA. Maukah anda menerima tantangan kami untuk bermain kuis ?
LSP: Siapa takut (LSP tertawa)
KM: Kami akan memberikan dua jenis kuis. Pertama, kami menyebut satu kata atau satu kalimat, kemudian anda menjabarkan secara singkat. Kedua, kami akan menyebutkan dua pilihan, anda memilih salah satunya. Dalam setiap soal anda punya waktu lima detik.
LSP: Dimengerti. Monggo (silahkan, Bahasa Jawa-RED)
KM: Jogjakarta
LSP: Tanah idaman
KM: Sulawesi Tenggara
LSP: Berkembang
KM: We found love
LSP: Menemukan cinta ditempat yang tak ada harapan
KM: Jikustik
LSP: Puisi
KM: Ali Mazi
LSP: Sahabat baik
KM: Partai PPP
LSP: Rumah besar umat Islam
KM: Rajiun Tumada
LSP: Petarung tangguh
KM: Dua Laode FC
LSP: Menang
KM: Sri Sultan Hamengkubuwono X
LSP: Pemimpin idolaku
KM: Gunung merapi
LSP: Erupsi
KM: Pontianak
LSP: Kota kenangan hahaha
(LSP menjawab semua pertanyaan dengan cepat masing-masing kurang dari lima detik)
KM: Prabowo atau Habib Riziq
LSP: Habib Riziq lah
KM: Ali Mazi atau Prof. Zamrun
LSP: Waduhhh berat, semuanya saja. Semua abang Saya hahaha
KM: Dadar atau nasi goreng
LSP: Dadar doonk
KM: Tempe mendoan atau pisang goreng
LSP: Tempe mendoan pasti
KM: Sekali ini saja-nya Glenn atau Jujur aku tak sanggup-nya Pasto
LSP: Jujur aku tak sanggup-nya Pasto
KM: Buaya atau Harimau
LSP: Buaya
KM: LDM Eagle atau LDM Jaguar
LSP: Hahahah semuanya anak buah, semua Saya sayang
KM: Munarti Halidin atau Iksan Taufik
LSP: Ibu Munarti
KM: Al Munardin atau Taufan Alam
LSP: Al Munardin
KM: Rusman Emba atau Rajiun Tumada
LSP: Wahhh ini lagi semua sahabat baik Saya, dua-duanya biar adil
KM: Real Madrid atau Barcelona
LSP: Sebenarnya Real Madrid, tapi Saya hargai Pak Rektor beliau suka Barcelona, yah Barca aja deh hahahaha
LSP mendampingi CEO Dua Laode FC, Kombes Pol La Ode Aries El-Fataar, S.IK memantau seleksi pemain Dua Laode FC dilapangan Polda Sultra
h
LSP menyerahkan piala bergilir Trofeo La Ode Daoho U40+ kepada tim Tikep All Star sebagai juara
LSP bercengkrama dengan keponakannya, Jusuf Arghani
LSP bersama sahabatnya menikmati santap malam di RM Teluk Kendari
LSP bersama rekan bersantai di kedai Ratu Alam, Kendari
LSP menerima cinderamata dari Bupati Konawe Kerry Saiful Konggoasa usai silaturahmi di Muna Barat
LSP memantau pemain LDM FC berlatih dilapangan Mekar Jaya, Muna Barat
LSP usai melakukan swab test Covid 19