KendariMerdeka.com – Kantor surveyor PT Anindya Wiraputra Konsult yang berada di Desa Onewila, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) didemo puluhan massa yang tergabubg dalam konsorsium mahasiswa dan pemuda bersatu (Komando) pada Kamis (26/11) lalu.
Massa melakukan demo karena adanya dugaan konspirasi antara pihak pabrik, dan trading yang melibatkan surveyor PT Anindya.
Dugaan konspirasi itu mengakibatkan penurunan kualitas barang, dalam hal ini ore nikel, yang berdampak pada penurunan harga jual nikel.
Tak hanya itu, massa juga menyoroti soal dugaan ruang bagi-bagi pemilik cargo untuk melakukan witnes pekerjaan di pelabuhan bongkar muat, serta dugaan pemberian split sampel ke pemilik barang.
“Kami juga menduga terjadi perbedaan yang sangat jauh antara pelabuhan bongkar muat dan discharging port, termasuk dengan hasil analisis dari surveyor lain,” kata Ketua Komando Sultra, Ilham, seperti dikutip dari laman Mediakonawe.com.
Dalam aksi tersebut, massa menyampaikan empat poin tuntutan.
Pertama, massa mendesak PT Anindya Wiraputra Konsult sebagai surveyor untuk bertanggungjawab atas perbedaan certificate of analysis (COA) muat dan bongkar yang telah merugikan pihak pemilik barang, yaitu PT Wahana Mega Karya.
Kedua, mendesak PT Anindya Wiraputra Konsult segera melakukan pengecekan ulang terhadap back up sampel muat yang diambil oleh surveyor PT Carsurin di loading port.
Dan ketiga, berdasarkan dua poin tuntutan sebelumnya, massa meminta agar pemeriksaan yang dimaksud disaksikan oleh pihak pabrik, surveyor, KSM, buyer, dan pemilik barang.
“Yang keempat, apabila PT Anindya tidak segera menanggapi secara serius selama 1 x 24 jam, maka kami akan menduduki kantor PT Anindya sampai masalah ini tuntas,” tegas Ilham.
Sementara itu, Kepala Cabang PT Anindya Wiraputra Konsult, Alvin Palar merespon tuntutan massa.
Dia mengatakan bahwa hal yang disampaikan massa memang sering terjadi perbedaan.
Sebab, kata dia, nikel adalah barang tambang yang komposisi mineralnya sangat sensitif.
“Kami perlu jelaskan bahwa dari pengambilan sampe di loading port dengan pengambilan sampel di discharging port pasti akan ada perbedaan,” kata Alvin saat berdialog bersama perwakilan massa.
Kemudian terkait COA yang diterima pemilik barang terjadi perbedaan hasil analisi dengan perbedaan yang sangat jauh seharusnya tidak terjadi.
Menurutnya, berbedaan itu bisa disebabkan berbagai faktor.
“Faktornya bisa macam-macam, seperti cuaca, faktor alam, dan faktor orang juga bisa. Tidak menutup kemungkinan tim Anindya yang di lapangan diintervensi, atau berbuat nakal, itu bisa juga terjadi,” imbuhnya.
Dirinya menegaskan bahwa pihaknya berkerja secara profesional dengan standar yang ketat. Hal itu bisa dilihat dari ketersediaan laboratorium yang terakreditasi nasional, dan memiliki jadwal kalibrasi yang tetap.
Dengan begitu, kata Alvin, seharusnya terjadinya kesalahan sangat kecil. Dan jika memang masih terjadu perbedaan hasil yang mencolok, pihaknya akan melakukan investigasi secara bertahap.
Selanjutnya, Alvin menegaskan bahwa pihaknya berkerja secara independen. Terkait kemungkinan adanya intervensi, pihaknya akan melakukan investigasi internal di lapangan untuk membuktikan.
“Kita berkerja secara indepneden, tidak berpihak ke penambang, tidak berpihak ke pabrik. Jadi hasil yang kita keluarkan seharusnya tidak ada intevensi. Nanti kami akan cek anggota kami di lapangan, apakah ada intervensi dari pihak tertentu atau tidak,” tegasnya.
Alvin juga menyanggupi empat poin tuntutan massa yang memberi tenggat waktu 1×24 jam untuk menyelesaikan masalah itu.